Minggu, 17 April 2011

akhlak


Bab II
PEMBAHASAN
A.AKHLAK

1.    Pengertian Akhlak

a)    Pengertian akhlak menurut bahasa
Dari segi bahasa perkataan akhlak atau al-khuq mengandung arti:
Ø  Adat kebiasaan
Ø  Tabi’at atau karakter
Ø  Perangai
Ø  Kehormatan, harga diri
Ø  Pola hidup yang teratur
b)   Pengertian akhlak menurut istilah
*      Ibn Miskawih (w 421 H/1030 M) Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa manusia yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahul
*      Ibrahim Anis: Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa secara mendalam, dari pada muncul perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu;
*      Penyusun Dairat al-Ma’arif : Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang beradab;

2.      Ciri-ciri perbuatan Akhlak:
a)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam secara terus menerus dalam jiwa seseorang sehingga kuat dan mengakar.
b)      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, karena sudah mengakar tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
c)      Perbuatan akhlak adalh perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar.
d)     Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karna bersandiwara.
e)      Perbuatan akhlak, terutama akhlak mahmudah, adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar atas dasar iman dan ibadah kepada Allah dengan ikhlas, karena mengharap keridoan-Nya dunia akhirat.[1]

B. KELUARGA
a.    Pengertian Keluarga
Dalam bahasa Indonesia keluarga diartikan dengan “ibu dan bapak beserta anak-anaknya” dan seisi rumah yang menjadi tanggungan. Kalau dikatakan berkeluarga artinya berumah tangga atu mempunyai keluarga.
Dalam bahasa Arab, keluarga dinyatakan dengan kata-kata usroh atau ahl. Dalam Al-Qur’an, istilah keluarga diungkapkan dalam kata ahlun.
b.   Pengertian keluarga memiliki dua dimensi:
1)      Keluarga sebagai ikatan kekerabatan antara individu. Pernyataan ini merujuk kepada mereka yang mempunyai hubungan darah dan pernikahan.
2)      Sebagai sinonim ‘rumah tangga’ dalam makna ini ikatan kekerabatan amat penting, namun yang ditekankan adalah adanya kesatuhunian dan ekonomi.

c.    Tujuan berkeluarga menurut Islam
Agama islam memiliki ajaran yang komprehensif dan terinci dalam masalh keluarga. Ada puluhan ayat Al-Qur’an dan ratusan hadis Nabi saw. Yang memberikan petunjuk yang sangat jelas menyangkut persoalan keluarga, mulai dari awal pembentukan keluarga, hak dan kewajiban masing-masing unsur dalam keluarga hingga masalah kewarisan dan perwalian. Islam memang memberikan perhatian besar pada penataan keluarga.[2]
Didalam keluarga ada hak-hak anak. Hak anak adalah mendidik akhlaknya, yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah mendidik anak untuk mencintai hal-hal yang mulia dan tinggi, serta membenci hal yang rendah. Semua itu dalam bingkai ajaran agama dan prinsipnya.
Berikut ini adalah salah satu hak anak, antara lain:
·         Memberi nama kepada anak: orang tua harus memberi nama kepada anaknya, baik laki-laki maupun wanita. Disunahkan mencari nama yang baik. Sebaik-baik mana adalah Abdullah, Aburrahman atu yang menyatakan penghambaan kepada Allah. Demikian juga nama para nabi. Hal ini supaya umat islam memiliki ciri khusus dalam nama-namanya, mengandung karakteristik penghambaan dan rahmat, berbangga dengan bernisbahkan kepada Rasulullah, dan memperdalam makna-makna kebaikan dalam aspek-aspek kehidupan
·         Mengajarkannya: Islam mewajibkan para bapak mendidik anaknya. Banyak nash yang berkenaan dengan itu dari Al-Qur’an dan sunnah.
·         Bersikap adil tidak membeda-bedakan satu anak dengan yang lainnya: adil dan persamaan antara anak-anakadalah hal yang sangat dihargai dan ditekankan oleh islam supaya bibit permusuhan dan kebencian tidak merasuk kedalam hati saudara-saudara kandung, sehingga terjadi saling membelakangi dan memutuskan silaturahmi. Kalau tabiat anak-anka berbeda adalah sesuatu yang wajar, tapi yang aneh adalah kalau para orang tua miring dalam perasaan mereka. Mereka melakukan  apa yang tidak dibolehkan oleh Allah, berupa melebihkan salah seorang anak atas yang lain, mulai dari perasaan sampai pada harta dan kekayaan.


d.   Pedoman mengajar anak:
·         Membangkitkan hati nuraninya, hal itu harus sesuai dengan perkembangan umur seorang anak. Membangkitkan hati nurani anak dasarnya adalah iman kepada Allah dan pengokohan akidah tauhid dalam pikiran. Hal itu adalah fitrah manusia dan juga merupakan shibghah Allah.
·         Independensi dalam berfikir, itu adalah aspek penting yang harus diperhatikan dalam mendidik anak. Yaitu, mendidik mereka untuk mandiri dalam berfikir dan menghargainya selama faktor-faktor kematangan berfikir, pengalaman, dan latihan telah dipenuhi. Hal itu karena dampak taklid sangat berbahaya. Taklid menjadikan pelakunya sebagai pengikut saja, bukan orang yang diikuti. Maka, hal itu pasti akan mematikan ruh untuk maju.
·         Mencontoh salaf, kita harus mengajarkan anak-anak, khususnya para pemuda, untuk meneladani kaum salafus saleh.

e.    Keluarga dalam masyarakat modern
Institusi keluarga dalam masyarakat modern telah menjadi lemah dan goyah. Ia lebih lemah dari sarang laba-laba. Karena kebebasan yang mereka usung telah berubah menjadi faktor yang melecehkan norma-norma kemanusiaan, dan meremehkan sifat-sifat kemuliaan manusia yang terkecil sekalipun. Maka, baerkembanglah perzinahan di aantara anak-anak muda, setelah sebelumnya terjadi pada orang-ornag tua. Ramailah bentuk-bentuk perceraian, perselingkuhan, dan aborsi. Masyarakat tersebut juga dipenuhi oleh anak-anka buangan.[3]
C. PENDIDIKAN
Devinisi awam: suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik. Tujuannya untuk mengembangkan atua mengubah kognis, efeksi dan kondisi seseorang.

a.    Makna tarbiyah (pendidikan) sebagai berikut:
1)      Proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara erkelanjutan, dengan tujuan akhirsi anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri ditengah masyarakat.
2)      Kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak dan menyenangkan (tidak membosankan).
3)      Menyempunakan fitarn kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan yanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
4)      Proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit
5)      Mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang mudah di terima sehingga ia dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
6)      Kegiatan yang mencakup pembangunan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberi petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anka
7)      Tarbiah terdiri atas (1) Tarbiah khalqiyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal, jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai pertunjuk, dan (2) Tarbiah diiniyyat tahdzibiyyat, pembibingan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah SWT.
b.   Arti Tarbiyah secara istilah:

1)      Menyampaikan sesuatu untuk menyampaikan kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.
2)      Menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan
3)      Sesuatu yang dilakukan secara bertahapa dan sedikit demi sedikir oleh seorang pendidik
4)      Sesuatu yang dilakukan secar berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan tidak behenti pada batas tertentu terhitung dari buaian sampai liang lahat
5)      Dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemaslahatan umat dengan asas mencapau keridhaan Allah SWT.[4]
c.    Konsep dasar pendidikan keluarga
Dalam memperbaiki sebuah masyarakat, islam tidak merusak apa yang telah ada, tetapi menyingkirkan hal-hal yang membuat masyarakat itu tidak baik. Ketika Rasulillah Muhammad saw. Diperintah untuk memperbaiki akhlak umat manusia, terlebih dahulu beliau memperbaiki akhlak masyarakat yang hidup didekatnya.
Oleh karna itu, Nabi saw. Sangat memperhatikan betul masalah pendidikan keluarganya. Sebelum Nabi menyampaikan risalah islam kepada masyarakatnya.
Keluarga yang berada dibawah didikan Nabi saw. Secara langsung telah menumbuhkan manusia-manusia sempurna dalam permulaan peradaban islam.
Pendidikan akhlak dalam keluarga islam merupakan hal yang sangat penting setelah pendidikan tauhid. Karena itu, tidaklah berlebihan atau bersifat terlalu menganggungkan jika kita mencoba menggali pribadi-pribadi yang telah dipilih Nabi saw. Dari keluarga beliau sendiri.
Manusia merupakan produk proses pendidikan. Denagn mudah hal tersebut dapat direalisasikan ketika salh satu dari unsur-unsur pendidikan dikaitkan dengan petunjuk tingkah laku manusia yang berkenaan dengan pristiwa-pristiwa bersejarah.
Konsep dasar pendidikan islam yang pertama, tauhid, serta pengertian tentang hakikatnya, yaitu tentang sifat-sifat Allah serta tanda-tanda kekuasaan-Nya perlu ditanamkan pada generasi keluarga muslim, sesuai dengan tingkatan usianya.
Konsep dasar pendidikan islam yang kedua adalah pendidikan akhlak, yaitu perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dalam mengatur hubungan bermasyarakat. Manusia disebut berakhlak mulia apabila segala tindakannya sesuai dengan segala perintah dan larangan Allah.
Akhlak Rasulullah saw. Disebut sebagai akhlak Qurani sehingga segala aturan Rasulullah saw. Sesuai apa yang dikehendaki oleh Al-Qur’an. Namun, hal itulah yang sering dilupakan umat islam. Demi kepentingan materi, demi kepentingan pribadi, demi kepentingan golongan, demi kepentingan tokoh-tokoh idola, dan demi kepentingan-kepentingan lainnya, umat islam sering secara tidak disadari atau dengan “terpaksa”, mengorbankan kepentingan Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, umat islam menjadi lemah dan tidak memiliki kekuasaan untuk menandingi kekuatan umat lainnya.
Akhlak islam mengajarkan kepada umat islam yang kaya untuk memperhatikan saudara-saudaranya, sesama muslim yang menderita kemiskinan, agar menjalini hubungan dengan mereka, agar bersedia berkorban melalui zakat dan sedekah-sedekah lainnya yang lebih besar guna mengangkat mereka dari kemiskinan. Kepada umat islam yang miskin diajarkan agar mereka bersabar serta tidak putus asa dalam usaha memperbaiki nasibnya dan tetap menjaga kehormatan dirinya untuk tidak berpaling kepada hal-hal yang mengarah kepada kekufuran. Apabila akhlak itu dditerapkan secara sinkron, terciptalah keharmonisan hubungan antara yang kaya dan yang miskin, dan umat islam dapat meningkatkan kualitas dirinya dalam menciptakan kemakmuran masyarakatnya. Namun kenyataan yang kita lihat sekarang justru ketidakpedulian orang-orang kaya dari umat islam terhadap saudara-saudaranya yang berada didalam kemiskinan.
Dimensi akhlak merupakan dimensi yang cukup rumit dalam pendidikan keluarga muslim, karena dalam dimensi tersebut pribadi seseorang sangat bergantung kepada pengalaman-pengalaman hidupnya. Pribadi seseorang tidak hanya diwarnai oleh pendidikan yang diperoleh didalam keluarga, tetapi dipengaruhi juga oleh variasi lingkungannya. Sehingga, ketika lengah didalam mendidik, peran lingkungan ambil bagian. Pendidikan sekolah biasanya bersifat netral karena kehidupan seseorang lebih lama berada dalam keluarga atau lingkungan.
d.   Problematika pendidikan dalam keluarga
Pendidikan islam, sebagai mana halnya konsep pendidikan lainnya, saat ini sedang mengalami krisis yang hebat. Apalagi dalam era informasi ini keluarga muslim dibanjiri arus informasi yang tidak terkuasai, dan hal itu setidaknya membuat umat islam harus mengkaji ulang sistem pendidikan yang selama ini telah diterapkan.
 Bahkan di Barat sendiri, sementara ini, kalangan pendidik mereka mengaku bahwa mereka sedang berada dalam posisi kemandulannya. Model pendidikan Barat, yang oleh para kritikusnya disebut sebagai pendidikan pabrik, sekarang ini, diakui sebagai model pendidikan yang sudah tidak relevankarena banyak menimbulkan kemerosotan dalam idealisasi pendidikan. Apalagi menurut kalangan masyarakat islam, model pendidikan selama ini, yang telah mengacu kepada model pendidikan barat itu, tidak hanya menciptakan generasi islam yang mandul, namun juga telah mematikan kreatifitas intlektualnya.
e.    Ruang lingkup pendidikan keluarga
Keluarga merupakan akar bagi terbentuknya masyarakat, bangsa, dan bahkan sebuah peradaban. Kesinambungan dalam suatu masyarakat atu bangsa dapat mempengaruhi keseimbangan keluarga-keluarga yang menjadi anggotanya. Jika keseimbangan keluarga didalam sebuah masyarakat itu baik, akan baik lah masyarakat itu;sebaliknya, jika keseimbangan masyarakat itu buruk, akan menjadi buruk pula masyarakat tersebut. Dalam sebuah keluarga, pelajarang yang pertama di peroleh oleh seorang manusia adalah mencintai, menghormati, mengabdi, menaru kesetiaan dan taat, serta melaksanakan nilai-nilai moral. Semuanya itu merupakan bunga-bunga yang mekar dari sebuah keluarga, yang akan menciptakan keindahan dan keserasian dalam masyarakat,  dan yang memungkinkan manusia berjalan seiring dengan manusia-manusia lainnya di dalam jagat raya. Jika pelajaran-pelajaran semacam itu tidak diproleh dari sebuah keluarga, muncullah manusia-manusia yang kontradiktif, saling mencurigai dan saling menjatuhkan.[5]



KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah mengutus para Rasul pemberi kabar gembira dan peringatan. Kemudian menjadikan mereka sebagai teladan dalam perilaku yang baik dan akhlak yang mulia.
Kemudian shalawat serta salam yang paling sempurna dan lengkap bagi pemimpin anak keturunan Adam. Nabi Muhammad saw, yang telah menjelaskan kepada umat dengan ucapan dan perbuatannya bahwa pendidikan akhlak adalah salah satu pokok yang penting dalam keluarga.
Berikut ini adalah makalah tentang Urgensi Pendidikan dalam Keluarga. Semoga makalah ini memberikan manfaat, dan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi para pembacanyaa.
Makalah ini ditujukan untuk siapa saja yang ingin menambah wawasan dalam pengetahuan tentang pendidikan akhlak keluarga.
Akhirnya, segala urusan hanyalah kembali kepada Allah Azza wa Jalla yang memiliki dan menguasai seluruh kehidupan ini. Dan hanya rahmat-Nya kita diberi petunjuk kejalan yang benar melalui Rasul-Nya yang terakhir, Nabi suci Muhammad saw. Dan karnanya wajib bagi kita untuk menyampaikan shalawat dan salam kepada beliau, junjungan kita, beserta keluarga yang disucikan.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Jakarta,    Januari 2011

Lilis Yunengsih

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Akhlak dalam keluarga islam saat ini merupakan hal yang sangat penting. Karna dalam era globalisasi seperti ini pendidikan akhlak untuk keluarga sudah sangat minim sekali. Saat ini disetiap keluarga sudah jarang sekali mendapatkan pendidikan akhlak apalagi pada anak-anak.
Kehidupan keluarga saat ini sudah tidak sama seperti dahulu yang masih mengajarkan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya. Orang tua zaman sekarang sibuk pada urusannya masing-masing dan tidak memperdulikan pendidikan akhlak pada anak-anaknya. Hal ini sangat menghawatirkan untuk kelangsungan kehidupan generasi muda yang akan datang. Ditakutkan mereka akan tidak mempunyai akhlak dan moral lagi, hal ini sangat menghawatirkan bagi semua orang.
Maksud dan tujuan membuat makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas akhir Akhlak Tasawuf dan juga  membagi ilmu penegtahuan tentang pendidikan akhlak kepada masyarakat luas.
Manfaat dan kegunaan membuat makalah ini dengan harapan makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya dan memberikan ilmu serta informasi yang jelas tentang pendidikan akhlak.



BAB III
PENUTUP
Kualitas orang tua, ayah, ibu, berpengaruh sekali terhadap anaknya, karna dari diri merekalah, pertama-tama si anak belajar mengernal lingkungan masyarakatnya. Dalam sebuah keluarga, biasanya, pengaruh ayah sangat dominan. Ini dikarnakan perannya sebagai kepala rumah tangga atau sebagi seorang pemimpin. Apa saja keputusannya selalu dinantikan oleh sang anak. Dan, biasanya, seorang ibu akan menjadi penghubung yang mengakrabkan jalanan antaranggota keluarga, dan pandangan-pandangan sering diharapkan oleh si anak, karena sebagai wanita, seorang ibu biasanya memiliki naluri yang lebih peka.
Orang tua yang jauh dari anak-anaknya menyebabkan anak mencari perhatian kepada pihak lain secara sembarangan. Akibatnya, mereka akan dengan mudah menerima pengaruh yang tidak mendidik dari lingkungan pergaulannya. Fungsi ayah atau ibu tidak dapat saling menggantikan, sehingga terpisahnya ayah dan ibu, dan anak-anaknya sedikit banyak akan berpengaruh terhadap anaknya, dan dalm diri si anak akan timbul perasaan kehilangan dari dirinya. Apalagi kedua-duanya jauh dan tidak ada oran g lain yang menggantikan peran dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga.
Oleh karna itu kelengkapan dalam sebuah keluarga sangat berpengaruh bagi anak-anak, agar ada orang yang bisa mengontrol perilaku si anak. Orang tua yang berkualitas juga sangat dibutuh kan dalam sebuah keluarga agar keluarganya terjalin dengan harmonis.




DAFTAR PUSTAKA
Ash-Sha’idi, Abdul Hakam. Menuju Keluarga Sakinah. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 1996.
Musthafa, Ibnu. Keluarga Islam Menyongsong Abad 21. Bandung: Al-Bayan. 1993.
Nafis, Cholil. Fikih Keluarga. Jakarta: Mitra Abadi Press. 2009.
Ismail, Asep Usman. AKHLAK, ETIKA, dan SUSILA. Jakarta: 2010
Tirtarahardja, Umar, dan La Sulo S.L. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. 2005













TUGAS AKHLAK TASAWUF
URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
Tugas Ini Memenuhi Persyaratan UAS Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen: Dr. Asep Usman Ismail,M.A




Disusun Oleh  :

Lilis Yunengsih
1110054000005


FAKULTAS ILMU DAWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1432 / 2011 H


[1] DR. H. Asep Usman Ismail, M.A, AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA, ( Jakarta: 2010), h. 1
[2] Cholil Nafis, Fikih Keluarga, (jakarta: Mitra Abadi Press, 2009). h. 3-6
[3] DR. ABDUL HAKAM ASH-SHA’IDI, Menuju Keluarja Sakinah, ( Jakarta: AKBAR MEDIA EKA SARANA, 1996 ). h. 135
[4] Prof. Dr. Umar Tirtaraharja, Drs. S. L. La Sulo,  Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2005). h. 1
[5] Ibnu Musthafa, Keluarga Islam menyongsong Abad 21, ( Bandung: AL-BAYAN, 1993). h. 85